Jumat, 22 Februari 2013

8 Prajurit TNI Tewas, Presiden Perintahkan Buru Penembaknya



Jayapura, Kompas (22-02-2013, Hal. 01)
Papua kembali memanas. Serangan kelompok sipil bersenjata di dua tempat berbeda di Tingginambut dan Sinak menewaskan delapan prajurit dan dua warga sipil. Serangan juga melukai seorang perwira dan menyebabkan seorang anggota TNI belum diketahui nasibnya. Akibat penyerangan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang tengah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, memerin­tahkan TNI dan Kepolisian Negara RI (Polri) mengejar dan me­negakkan hukum bagi pelaku pe­nembakan. "Presiden memberikan arahan agar dilakukan pengejaran dan penegakan hukum bagi pelaku penyerangan. Presiden, Jumat (22/2), akan memimpin sidang kabinet darurat untuk mengambil lang­kah-langkah terkait kejadian ini," kata Panglima TNI Laksa­mana Agus Suharto­no.

Ditemui di Markas Komando Daerah Mi­liter (Kodam) XVII Cenderawasih, Kepala Penerangan Kodam Letkol Jansen Simanjuntak, ke­marin, mengatakan, penyerang­an pertama terjadi pukul 09.30 di Tingginambut, Kabupaten Pun­cak Jaya. Serangan terhadap Pos Batalyon Infanteri 753 Argaviratama,  Nabire,  itu menyebabkan Pratu Wahyu Prabowo te­was. Ia tewas setelah sebutir peluru yang ditembakkan dari perbukitan di selatan pos menembus dada­nya.

Komandan pos, Lettu Reza, juga terkena tembakan pada tangan kirinya. Kontak senjata cukup sengit terjadi di sekitar pos yang berada di timur kota Mulia. Pasukan TNI dari pos Gurage, Kalome, serta Pos Brigade Mobil (Brimob)  Tingginambut,  yang berada tak jauh dari pos, juga membantu. Saat sebagian anggota pasukan mencoba mempertahankan pos, sebagian lainnya membantu eva­kuasi korban. Dalam serangan itu, dua warga yang berada di sekitar lokasi diberitakan juga tewas. Identitas keduanya belum diketahui.

Adapun serangan lainnya terjadi di Distrik Sinak, Kabu­paten Puncak "Sekelompok sipil bersenjata menghadang tim ang­gota TNI yang hendak menuju landasan udara di Sinak," kata Jansen. Tim yang beranggotakan sem­bilan prajurit gabungan dari Batalyon Infanteri 753 Argaviratama dan Koramil Sinak itu sebe­lumnya hendak mengambil alat komunikasi yang baru dikirim dari Nabire. Jarak antara koramil dan landasan udara Sinak sekitar 2 kilometer dengan jalan berliku dan menanjak. "Saat di sebuah tanjakan, me­reka tiba-tiba dihadang. Saat penghadangan itu, tujuh orang tewas di tempat, dua berhasil menyelamatkan diri. Satu orang melapor ke koramil dan satu lagi masih dicari," ucapnya.

Tak bawa senjata
Menurut Jansen, saat diha­dang kesembilan prajurit terse­but tak membawa senjata. Ketu­juh prajurit yang tewas di tempat, dua di antaranya adalah anggota Komando Rayon Militer Sinak, yaitu Sertu M Udin dan Sertu Frans. Lima korban lainnya ada­lah anggota Batalyon Infanteri 753 Argaviratama, yaitu Sertu Ramadhan, Pratu Mustofa, Pratu Edi, Praka Jojo Wiharjo, dan Pra­ka Wempi.

TNI belum dapat memastikan asal kelompok penyerang. Selain itu, belum juga dipastikan alasan penyerangan. Jarak antara Sinak dan Tingginambut sekitar 60 ki­lometer. Dari dua penyerangan itu, petugas belum mengetahui ada tidaknya keterkaitan. Untuk mengevakuasi korban, Kodam XVII Cenderawasih me­ngirim dua helikopter Mi-17. Hingga Kamis petang, kontak senjata masih terjadi di sekitar Tingginambut. Prajurit TNI masih berupaya mengejar kelompok penyerang untuk membuka ru­ang proses evakuasi.

Kamis malam, jenazah korban disemayamkan di kota Mulia. Di­rencanakan, Jumat pagi ini, je­nazah dievakuasi ke Jayapura dan disemayamkan di markas Kodam. Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayjen Christian Zebua akan hadir di acara itu. "Kami menyampaikan bela­sungkawa untuk keluarga praju­rit yang gugur dalam tugas itu," kata Jansen.

Diduga Tabuni dan Murib
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, pemerin­tah mengecam keras penyerang­an tersebut. Ia menduga serangan dilakukan kelompok separatis di Papua. "Ada beberapa kelom­pok bersenjata di Papua, tetapi serangan di Tingginambut kemungkinan besar oleh Goliath Tabuni, yang selalu mengganggu aparat serta pekerja tambang. Sa­tunya lagi, (penyerangan) oleh kelompok Murib," ujar Djoko. 

Terkait serangan itu, Djoko menginstruksikan seluruh jajar­an keamanan di Papua untuk mengungkap dan menindak te­gas pelaku. "Ini terjadi ketika pemerintah merajut upaya damai Papua, mempercepat pembangunan, memerhatikan keistimewaan dan kekhususan Papua. Tindakan ini tak bertanggung jawab," tu­turnya Selain menyatakan dukacita, Djoko juga mengimbau masyara­kat Papua, khususnya tokoh ma­syarakat adat, seperti kepala su­ku, dan tokoh agama untuk be­kerja sama menciptakan situasi yang kondusif serta tak mudah terprovokasi.

Secara terpisah, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengaku belum tahu apakah senjata para prajurit hilang atau tidak saat serangan terjadi. Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Agus Rianto menegaskan, beker­ja sama dengan TNI, Polda Papua terus mengejar kelompok-ke­lompok yang melakukan penyerangan tersebut.

Imparsial menyesalkan
Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti menyatakan, pihaknya menyesalkan terjadinya penembakan yang diduga dilaku­kan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Tingginam­but dan Sinak. "Agar tak banyak jatuh korban, kami mendesak Presiden Yudhoyono segera menggelar dialog damai Jakarta-Papua," katanya.

Imparsial, tambah Poengky, menyerukan agar masing-masing bisa menahan diri dan tak melakukan kekerasan balasan. Di­alog damai cara paling tepat un­tuk mengakhiri kekerasan.

Koordinator Jaringan Damai Papua Neles Tebay berharap Pol­ri dapat mengungkapkan pelaku penembakan yang sebenarnya "Kalau ada penembakan, (pela­ku) yang dituduh selalu OPM," katanya. Ketua Dewan Perwakilan Da­erah Irman Gusman menyata­kan, baku tembak aparat keamanan dan separatis menun­jukkan belum stabilnya politik dan keamanan di Papua. (JOS/JON/ONG/ FER/EDN/WHY), Sumber: Koran Kompas.

DATA KEKERASAN TERHADAP APARAT KEAMANAN DI PUNCAK JAYA SEBELUMNYA :
• 28 Mei 2011: Seorang anggota Kopassus luka di kepala karena ditembak orang tak dikenal.
• 24 Juni 2011: Briptu M Yazin tewas ditembak orang tak dikenal. Pelaku 5 orang merampas pistol milik Yazin, lalu melarikan diri ke Gunung Nanas.
• 21 Juli 2011: Pratu Lukas Yahya Kafiar tewas akibat kontak senjata antara TNI AD dan kelompok sipil bersenjata.
• 24 Oktober 2011: Dominggus Otto Awes, Kapolsek Kota Mulia, tewas ditembak di Bandara Mulia oleh dua pelaku.
• 3 Desember 2011: 2 anggota Brimob tewas dalam penghadangan oleh kelompok bersenjata di Kampung Wandegobak.
• 28 Januari 2012: Briptu Sukarno, anggota Detasemen A Brimob Polda Papua, tewas tertembak.
• 8 Maret 2012: Pratu Laode Alwi (anggota TNI dari Satuan Tugas Yonif 753 Arga Vira Tama) tewas tertembak.
• 10 Januari 2013: Praka Hasan, anggota Batalyon 753 Arga Vira Tama, Nabire, tertembak di bagian punggung.
Sumber: Litbang "Kompas"/ERI,
diolah dari pemberitaan "Kompas" gunawan