Rabu, 03 April 2013

Inilah Kronologi Pra-Penyerangan LP Cebongan



Selasa, 2 April 2013 | 20:40 WIB

INILAH.COM, Jakarta – Penyelidikan kepolisian dalam kasus penyerangan LP Cebongan, Sleman yang mengarah pada adanya keterlibatan Kopassus agaknya sulit terbantahkan. Hal itu setidaknya terlihat dari hasil identifikasi pada hal-hal terkait teknologi informasi dan di lapangan.

Sumber INILAH.COM yang mengetahui hasil penyelidikan itu mengungkapkan bahwa sebelum terjadi penyerangan ke LP Cebongan, Polisi dan Kopassus sudah berulang kali melakukan kontak. Menurut sumber tersebut, dari fakta SMS dan hasil penyelidikan lainnya, diduga ada keterlibatan oknum Kopassus.

Temuan dari hasil identifikasi di lapangan itu antara lain:

1. Setelah peristiwa penusukan anggota Kopassus di Hugo’s Cafe, pada Selasa (19/3/2013), pukul 7.00-8.00 pagi, Polres Sleman didatangi oleh seseorang. Ia meminta agar para tahanan yang terlibat penusukan diserahkan kepadanya. Alasannya, ia ragu polisi akan bertindak adil karena di dalamnya ada anggota polisi yang terlibat yang bernama YJM.

2. Polisi menolaknya dan menjamin akan menindaknya secara adil. Bahkan untuk meyakinkannya, polisi mempertontonkan rekaman CCTV kejadian penusukan di Hugo’s Caf. Dari rekaman itu terlihat bahwa YJM justru melerai pertikaian yang terjadi dan tidak ikut menusuk.

3. Orang tersebut kemudian meminta rekaman CCTV untuk diserahkan kepada Pangdam. Namun, polisi tetap menolaknya karena akan digunakan untuk penyelidikan. Sebagai gantinya, polisi mengajak untuk menontonnya secara bersama-sama Pangdam.

4. Karena itulah secara bersama-sama CCTV tersebut ditonton oleh semua pihak berkepentingan dari TNI dan Polri.

5. Namun, usai menyaksikan itu, muncul perintah kepada seseorang dari Kopassus untuk membalas pembunuhan anggota Kopassus itu. Perintah itu terdengar oleh beberapa orang yang hadir di sana. “Saya perintahkan menghitung mundur. Kamu kan faham maksud saya menghitung mundur. Balas," demikian perintah itu.

6. Pada Jumat (22/3/2013) pukul 19.30 hingga 22.00 berlangsung pertemuan Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) di Rumah Makan Bumi Ayu. Saat pertemuan berlangsung, seorang anggota TNI menerima telepon dari atasanya. Saat menerima telepon itu, ia terdengar berkata, “Siap siap, pasukan Kopassus sudah bergerak." Pernyataan itu didukung oleh fakta di lapangan bahwa ada pergerakan beberapa truk ke arah Jogja dari Solo. Pada saat itu, sebanyak 2 truk bersiaga di kawasan Babarsari, Jogja dan tiga truk bersiaga di Korem.

Terdengar pula anggota TNI itu menyatakan, "Siap-siap unit Flip sudah bergerak." Flip yang dimaksud adalah unit pasukan elit untuk melakukan jammer). Alat itu merupakan standar militer 46.1e (elektromagnetic compatible).

7. Pada 22 Maret sekitar pukul 8.00 hingga 8.30 WIB, polisi menerima SMS dari seseorang yang menyatakan bahwa ia khawatir tidak bisa mengontrol anak buahnya. Bahkan disebutkan pula bahwa ada satuan lain yang siap bergabung.

SMS tersebut kemudian di-forward kepada Kapolda dan oleh Kapolda di-forward kembali ke Danrem dan oleh Danrem di-forward kepada Pangdam. Namun, Pangdam menyatakan SMS itu palsu.

Usai menyatakan hal itu, Kapolres Yogyakarta kembali menerima SMS yang isinya meralat SMS sebelumnya. Kali ini ia menyatakan akan menjaga anak buahnya secara maksimal dan ia menyatakan kepada anak buahnya untuk tetap tenang karena kasus ini akan diselesaikan dengan baik dan pelakunya akan dihukum seberat-beratnya.

8. Dari pemeriksaan di lokasi juga ditemukan proyektil peluru dan selongsong 7,62 mm. Setelah dikonfirmasi ke Pindad, diketahui bahwa peluru itu hanya digunakan untuk snipper (runduk) dan dipakai khusus untuk pasukan elit.