Rabu, 24 April 2013

Kekerasan oknum TNI marak



Tuesday, 23 April 2013 08:29

JAKARTA - Maraknya tindakan kekerasan yang melibatkan oknum TNI dinilai Ketua DPR, Marzuki Alie, sebagai dampak dari reformasi. Tindakan itu merupakan protes prajurit TNI terhadap produk-produk hasil reformasi.

"Saya menganalisis kenapa kasus yang melibatkan prajurit TNI ini terus berulang. Saya juga menganalisa kenapa kok yang diserang adalah lembaga-lembaga produk reformasi. Saya melihat ini adalah bentuk kekecewaan TNI terhadap kondisi bangsa ini yang tidak juga membaik setelah hampir 15 tahun reformasi," kata Marzuki, di Jakarta, tadi malam.

TNI, menurutnya pascareformasi selama ini sudah mundur ke barak dan membiarkan reformasi berjalan sendirian. Faktanya, kata Marzuki, pemisahan Polri dari TNI yang merupakan produk reformasi gagal menegakkan hukum.

"Polisi bermain di wilayah yang sekelilingnya uang semua. Kasus Djoko Susilo dengan kekayaannya yang luar biasa tentunya membuat marah prajurit sapta marga. Istilahnya, TNI puasa kamu (Polri) berpesta pora," tegasnya.

Begitu juga dengan insiden kekerasa di kantor PDIP. Berita-berita korupsi yang melibatkan partai politik mendominasi. Sehingga partai politik yang merupakan komponen penting demokrasi termasuk PDIP yang terlibat dalam reformasi tidak menjalankan apa yang menjadi tujuan reformasi itu sendiri. "Penyerangan PDIP itu simbol saja akibat ketidaksukaan TNI kepada parpol yang tidak amanah," imbuhnya.

Begitupun dengan penyerangan oleh oknum TNI terhadap wartawan. Menurutnya, kebebasan pers yang dihasilkan reformasi ternyata tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat, malah kini banyak media dikuasai oleh para pemilik modal untuk kepentingannya semata. "Frekuensi televisi yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat telah disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan pemiliknya saja," tegasnya.

Selain itu, preman juga semakin merajalela. Mereka seperti bisa bertindak tanpa takut ditangkap oleh aparat. Lapas pun dijadikan sarang peredaran narkoba di Indonesia yang merusak mental generasi bangsa. "Coba saja lihat preman berani mengacung-acungkan senjata di jalanan laksana koboi dan berani membunuh prajurit TNI. Ini sudah keterlaluan," tegasnya.

Ditanyakan alasan mengapa menurut analisanya TNI melakukan itu, Marzuki pun menjawab bahwa tidak ada ruang bagi TNI untuk mengekspresikan diri mereka. Sementara, TNI sudah tidak tahan melihat ketidakbenaran selama ini merajalela. "Jadinya yah itu mereka unjuk kekuaasan bahwa mereka masih ada," tegasnya.

"Tidak mungkin ada prajurit TNI berani bertindak sendirian tanpa ada komando. Mereka pasti diperintah oleh atasannya. Prajurit TNI ketika masuk sudah dicekoki untuk mencintai NKRI, patuh pada sistem komando, jadi sangat janggal mereka bergerak sendirian," kata Waka Majelis Tinggi Partai Demokrat itu. Untuk itu, ia mengimbau agar ada kesadaran bersama membangun bangsa ini sehingga semua rakyat bisa sejahtera termasuk para prajurit TNI dan keluarganya. Sumber : www.waspada.co.id