Jumat, 26 April 2013

Kemhan: Ancaman Nonmiliter Meningkat



Jakarta,   Kementerian Pertahanan memper­timbangkan pengadaan satelit komunikasi untuk membela ne­gara dari serangan-serangan di dunia maya. Kemhan saat ini juga sedang mempersiapkan infra­struktur teknologi lainnya selain menyusun regulasi bagi perta­hanan dunia maya di tengah me­ningkatnya ancaman nonmiliter.

"Kalau soal anggaran, Kemhan mengantongi Rp 81 triliun. Jadi, pasti ada dana meski nanti ting­gal dipikirkan bagaimana peng­adaan yang terbaik," kata Mente­ri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro seusai membuka "Cyber Defence Contest", Kamis (25/4), di Jakarta.

Saat ini, kata Purnomo, Sistem Informasi Ketahanan Negara te­lah pula dihubungkan dengan Bi­na Graha. "Jadi, dari Bina Graha dapat diketahui posisi-posisi ka­pal perang Indonesia," ujarnya.

Awal April 2013, dalam perte­muan antara Menhan dan Men­teri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring terungkap ber­bagai serangan terhadap situs dan sistem yang dikendalikan pe­merintah. Tiga tahun terakhir, Indonesia diserang sebanyak 3,9 juta kali di dunia maya.

Di dalam regulasi tersebut, ka­ta Menhan, akan diatur batas­an-batasan dalam penanganan kasus. "Kepolisian memang ada, tetapi kami akan membantu apa­bila ada serangan terhadap dunia maya yang skalanya besar," ujar Purnomo.

Kemhan pun sedang mem­persiapkan petugas penghubung (liaison officer/LO) di setiap kementerian untuk memantau per­gerakan-pergerakan di dunia ma­ya. "LO ini supaya kita cepat berkomunikasi dan segera memutuskan tindakan tertentu," kata Menhan.

Menurut Purnomo, untuk keisengan belaka atau aksi kriminal kecil tentu tidak akan ditangani TNI. "Namun, apabila sistem Ja­wa diganggu sehingga terjadi pe­madaman listrik total, Kemhan dan TNI akan turun tangan," ujarnya.

Purnomo mengemukakan, pe­rang yang akan terjadi akan se­perti di Korea Selatan di mana ada gangguan terhadap sistem beberapa bank yang diduga di­sebabkan Korea Utara.

Selain membangun infra­struktur dan menyusun regulasi, Kemhan juga sedang memper­siapkan sumber daya manusia yang andal. "Salah satunya me­lalui kerja sama dengan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII)," ujarnya.

Ketua Umum FTII Sylvia Su-marlin mengatakan sedang men­cari SDM yang ahli siber. "Ber­basis open source, kami men­dorong kreativitas kaum muda untuk mengembangkan sistem pertahanan andal," ujarnya

Sylvia mengingatkan, serangan terhadap infrastruktur penting dapat berpotensi melumpuhkan roda perekonomian bagi masya­rakat. "Kita harus jaga bersama infrastruktur di area telekomuni­kasi, transportasi, keuangan, dan penyelenggaraan layanan pub­lik," katanya. (RYO), Sumber Koran: Indo Pos (26 April 2013/Jumat, Hal. 05)