Jumat, 26 April 2013

KSAD Minta Maaf



Jakarta,   Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Pramono Edhie Wibowo meminta maaf kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) atas kesalahan anak buahnya melakukan tindak kekerasan di kantor partai tersebut. Permintaan maaf tersebut disampaikan kepada sejumlah pengurus pusat partai tersebut dalam pertemuan di Markas Besar TNI di Cilangkap, Kamis (25/4).

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P Megawati Soekarnoputri mengutus satu delegasi yang terdiri dari Mayjen Pol Purn Sidarto Danusubroto, Letjen Pol Purn Muhammad Nurdin, Mayjen TNI Purn Tri Tamtomo, Mayjen TNI Purn Adang Ruchiatna dan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Ahmad Basarah, untuk menyampaikan protes secara resmi kepada pimpinan TNI.

Delegasi tersebut diterima oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, KSAD Pramono Edhie Wibowo, dan sejumlah pejabat teras TNI lainnya di Mabes TNI di Cilangkap, Jakarta Timur.

"Nota protes tersebut kami sampaikan karena tindakan oknum-oknum TNI AD telah melanggar yurisdiksi partai dan mengganggu kewibawaan partai. Kami meminta kepada Pimpinan TNI untuk mengambil sikap tegas sesuai hukum yang berlaku atas tindakan oknum TNI AD terse­but," ujar Wasekjen PDIP Ahmad Basarah, Kamis (25/4), usai per­temuan tersebut, sebagaimana dikutip Tribunnews.com.

Protes itu terkait dengan ulah 15 orang anggota TNI AD dari Batalyon Zeni Konstruksi (Yon Zikon) yang melakukan pemu­kulan di dalam area kantor DPP PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 April lalu, sekitar pukul 20.45.

Basarah menjelaskan, protes PDIP tersebut sebagai bentuk koreksi terhadap pembinaan personil di jajaran TNI. Protes yang dilakukan, imbuhnya, juga bagian dari sikap menyayangi insititusi TNI yang harus dijaga bersama kewibawaannya di mata masyarakat, baik di dalam mau­pun luar negeri.

Dalam pertemuan tersebut, kata Basarah lagi. Panglima TNI Agus Suhartono menyatakan menerima nota protes dari PDI Perjuangan dan akan meningkat­kan pengawasan dan pembinaan terhadap personil TNI.

"KSAD Pramono Edhie me­nyampaikan permohonan maaf atas insiden yang melibatkan anak buahnya. Oknum TNI AD yang terlibat aksi kekerasan di kantor DPP PDI Perjuangan su­dah ditahan. Lima diantaranya akan dilakukan proses hukum di peradilan militer karena terindikasi melakukan tindak pidana," ujar Basarah.

PANGKAL PERKARA
Berdasarkan kronologi yang dirilis oleh Polda Metro Jaya pada Minggu, 21 April lalu, keributan yang terjadi di Kantor DPP PDIP, berawal dari senggolan sepeda motor yang dikendarai oleh beberapa oknum TNI dengan warga di dekat kantor DPP PDIP.

Senggolan itu berujung keributan. Warga sipil itu dipukul si oknum TNI, kemudian dia lari menyelamatkan diri ke dalam areal kantor DPP PDIP selang beberapa waktu kemudian, datang gerombolan orang berpakaian sipil memasuki pekarangan kantor partai itu.

"Saat mereka masuk dan memukul di pos penjagaan, mereka berteriak dengan kata-kata, 'saya anggota Brimob', dan setelah yang bersang­kutan tertangkap dan diinterogasi, barulah mengaku bahwa (mereka) adalah anggota TNI," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, Minggu (21/4).

Saat kejadian, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sedang berada di kantor itu. Dua penyerbu itu, yang kemudian diketahui bernama Praka TNI Juawadi dan Prada Rahmad (versi PDIP Pratu Junaedi dan Pratu Rachmad) diamankan oleh ajudan Megawati Kapten TNI Suwadi Dan keterangan dua orang yang diamankan itu diketahui bahwa gerombolan berpakaian sipil sebanyak 15 orang itu adalah anggota TNI dari kesatuan Yon Zikon Srengseng Sawah, Jagakarsa. (put), Sumber Koran: Harian Pelita (26 April 2013/Jumat, Hal. 11)