Kamis, 04 April 2013

Masihkah Tradisi Pangkostrad Menjadi KSAD?_Pramono Tidak Menyombongkan Diri Sebagai Keluarga Istana



Jakarta,   Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati berpendapat ada tiga nama yang berpangkat bintang tiga berpeluang menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) untuk menggantikan KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo yang akan memasuki masa pensiun pada Mei 2013.

Tiga nama yang ber­peluang besar menjabat sebagai KSAD, kata Susaningtyas di Jakarta, Rabu (3/4), yakni Letjen TNI Moeldoko, Letjen TNI Gatot Nurmantyo, dan Lejten TNI M Munir.

"Moeldoko diketahui sebagai jenderal akademisi ini seimbang dengan KSAL yang doktor cumlaude dan KSAU yang juga orang pendidik­an. Sedangkan Munir dan Gatot, keduanya lulusan terbaik dan memiliki pengalaman yang mumpuni. Tapi semua kan tergantung Presiden," katanya.

Letjen TNI Moeldoko saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad), Letjen TNI Gatot Nurmantyo (Komandan Kodiklat TNI AD), dan Letjen TNI M Munir (Panglima Komando Strategis Cadangan). Tiga nama lainnya yang berpangkat bintang tiga, yakni Letjen Budiman (Sekjen Kementerian Pertahanan), Letjen TNI Langgeng Sulistyono (Sekretaris Menko Polhukkam), dan Letjen TNI Andi Geerhan Lantara.

Mengenai tradisi Pangkostrad menjadi KSAD, kata politisi Partai Hanura ini, lebih karena faktor pengalaman lapangan untuk hal-hal khusus, termasuk pe­nanganan pertahanan kedaulatan bangsa.

Namun, dirinya berharap KSAD men­datang harus piawai menjadikan prajurit memiliki kearifan lokal dan kemahiran komunikasi an­tarbudaya. "Karena sekarang bukan zamannya perang otot. Perang urat syaraf menuntut seseorang memiliki kemampuan pikir yang tajam," kata Nuning sapaan Susaningtyas.

KSAD juga dituntut mam­pu melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan kesejahteraan prajurit. Selain itu hubungan antar institusi juga harus dibenahi.

"Kemampuan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) bukan hanya alutsista saja yang dikembangkan, tapi juga kesejahteraan dan kemampuan serta pendidikan SDM," katanya.

Sementara disinggung mengenai kinerja Pramono, Nuning memandang bahwa Pramono tidak serta merta menyombong­kan diri sebagai keluarga istana. Walau ke­luarga istana beliau cukup memiliki pendi­rian yang tegas dan tidak mentang-mentang sebagai keluarga istana, ucapnya.

Meski dinilai cukup baik, namun wa­nita yang mendalami ilmu intelijen ini memandang masih ada kekurangan pada era kepemimpinan Pramono, khususnya menyikapi beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti masih ba­nyak terjadi friksi dengan institusi lain, khususnya Polri. (ANT/YY), Sumber Koran: Berita Kota (04 April 2013/Kamis, Hal. 02)