Selasa, 23 April 2013

PERGANTIAN JABATAN_Lima Jenderal Berpeluang Jabat KSAD



Jakarta, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, menga­takan, ada lima perwira bin­tang tiga berpangkat letnan jenderal berpeluang untuk menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) untuk menggantikan KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo yang mema­suki masa pensiun pada Mei 2013.

"Ada lima (bintang tiga). Semuanya berpeluang," kata Panglima TNI usai meng­hadiri apel bersama Wanita TNI dan Polwan wilayah Garnisun I di Monumen Nasio­nal (Monas), Jakarta, kema­rin.

Lima perwira bintang tiga di jajaran TNI AD antara lain, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Let­jen TNI Budiman, Wakil Ke­pala Staf TNI Angkatan Da­rat Letjen TNI Moeldoko, Panglima Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI M Munir, Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional Letjen Waris, serta Komandan Ko­mando Pendidikan dan La­tihan Letjen Gatot Nurmantyo.

Panglima TNI mengaku, dirinya tidak memiliki kewenangan untuk memilih KSAD yang baru, namun kewenangannya ada di tangan presiden."Nanti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memutuskan untuk memilih KSAD yang baru," tuturnya.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, Susaningtyas Kertopati berpendapat ada tiga perwira bintang tiga yang paling berpeluang men­jadi KSAD, yakni Letjen TNI Moeldoko, Letjen TNI Gatot Nurmantyo dan Letjen TNI M Munir.

"Moeldoko diketahui se­bagai Jenderal akademisi. Ini seimbang dengan KSAL yang Doktor cumlaude dan KSAU yang juga orang pen­didikan. Sedangkan Munir dan Gatot, keduanya lulus­an terbaik dan memiliki pengalaman yang mumpuni. Tapi semua kan tergantung presiden," katanya.

Susaningtyas berharap Kasad mendatang harus piawai menjadikan prajurit memiliki kearifan lokal dan kemahiran komunikasi an­tar budaya.

"Karena sekarang bukan zamannya perang otot. Pe­rang urat syaraf menuntut seseorang memiliki kemam­puan pikir yang tajam," kata politisi Partai Hanura ini.

Namun, dirinya berharap KSAD mendatang harus piawai menjadikan prajurit memiliki kearifan lokal dan kemahiran komunikasi an­tar budaya.

"Karena sekarang bukan zamannya perang otot. Perang urat syaraf menuntut seseorang memiliki kemam­puan pikir yang tajam," kata Nuning sapaan Susaningtyas.

KSAD juga dituntut mampu melakukan pengem­bangan sumber daya manu­sia (SDM) dan meningkatkan kesejahteraan prajurit. Se­lain itu hubungan antar ins­titusi juga harus dibenahi.

"Kemampuan pokok mi­nimum (Minimum Essential Force/MEF) bukan hanya alutsista saja yang dikem­bangkan, tapi juga kesejah­teraan dan kemampuan ser­ta pendidikan SDM," tutur­nya.

Sementara disinggung mengenai kinerja Pramono, Nuning memandang bahwa Pramono tidak serta merta menyombongkan diri seba­gai keluarga istana. Walau keluarga istana beliau cu­kup memiliki pendirian yang tegas dan tidak mentang-mentang sebagai keluarga istana, ucapnya.

Meski dinilai cukup baik, namun wanita yang men­dalami ilmu intelijen ini me­mandang masih ada keku­rangan pada era kepemim­pinan Pramono, khususnya menyikapi beberapa peristi­wa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti masih banyak terjadi friksi dengan institusi lain, khususnya Polri. (Ant), Sumber Koran: Suara Karya (23 April 2013/Selasa, Hal. 04)