Selasa, 09 April 2013

Presiden Minta Petinggi TNI dan Polri Lebih Sensitif



Senin, 08 April 2013, 17:57 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden SBY meminta para pimpinan di TNI dan Polri lebih peka terhadap situasi yang dihadapi. SBY meminta para petinggi lebih dekat dengan anak buah, sensitif pada keganjilan, sehingga kemungkinan bentrokan bisa cegah.

Pernyataan itu disampaikan SBY menyusul rencana pergantian Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo pada Agustus atau September.

Dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet, Setkab.go.id, Senin (8/4), rencana itu dikatakan Presiden saat diwawancarai majalah Tempo di Wisma Negara, Jakarta, Jumat (5/4), untuk edisi 8-14 April.

"Panglima TNI akan memasuki masa pensiun. Kapolri sebenarnya sampai Januari tahun depan. Tapi karena Kapolri memiliki tugas penting berkaitan dengan Pemilu 2014, justru penggantiannya tidak bisa mendekati tahun itu," kata Presiden.

Presiden menyebutkan, Panglima TNI diganti karena faktor usia. Untuk Kapolri, perlu figur baru yang cakap dan bisa menjalankan tugas. Tidak hanya mengamankan Pemilu 2014, tapi juga mengatasi berbagai gangguan keamanan.

Terkait masih sering terjadi konflik antarprajurit TNI - Polri, Presiden mengingatkan bahwa kejadian seperti itu sepanjang ada TNI- Polri. Bahkan sekian tahun lalu, lebih dahsyat lagi.

"Saya sebenarnya melihat kedekatan antara Panglima TNI dan Kapolri, antara Pangdam dan Kapolda. Tapi yang justru sering saya lihat adalah pada tingkat komandan lapangan," sebut SBY.