Rabu, 24 April 2013

Sering bikin onar, TNI bukan Rambo, bukan pula kesatria



Selasa, 23 April 2013 17:04:10

Direktur Research Institute for Democracy and Peace (Ridep) Anton Ali Abbas mengatakan, beberapa kasus kekerasan yang dilakukan anggota TNI terjadi karena sifat arogansi mereka terlalu besar.

"Arogansi TNI cukup kuat ketika berhubungan dengan masyarakat. Bertindak main hakim sendiri, TNI kan bukan rambo juga," kata Anton dalam diskusi 'Menyikapi Perkembangan Kasus Kekerasan TNI ( Cebongan dan Kantor PDIP) dan Agenda Reformasi peradilan Militer', di Jl Slamet Riyadi, Matraman Jakarta Pusat, (23/4).

Anton menjelaskan, selama ini proses hukum terhadap anggota TNI yang melakukan tindak kekerasan tidak pernah jelas. Menurut dia, tidak pantas oknum TNI disebut sebagai kesatria.

"Penanganan kasus tidak pernah jelas. Contoh kasus geng motor yang dulu juga tidak ada penyelesaian sampai saat ini. Kalau Kesatria ngakunya di depan bukan di belakang. Apa iya kesatria keroyokan," ujarnya.

Lebih lanjut Anton mengungkapkan, agar tindak kekerasan ini tidak terjadi lagi, maka pembenahan kultur jiwa korsa harus diperbaiki lagi. Begitu juga dengan pembenahan sistem latihan dan pendidikan tentara. Pertanggungjawaban proses pendidikan, misalnya Bintara dan Tamtama harus tetap dilakukan Komandan.

"Kenapa dia sampai tidak tahu pergerakan pasukan seperti apa. Karen mereka pegang senjata, mereka legal untuk melakukan kekerasan. Jika tidak ada efek jera, ini akan terus berlangsung. Kali ini yang diserbu Parpol, bagaimana kalau rumah kita," tegas Anton. Sumber : www.merdeka.com