Rabu, 12 Juni 2013

Dana Pembelian Apache Minta Ditambah



Jakarta,   Anggota parlemen Mahfudz Siddiq meng­akui Kementerian Per­tahanan telah meng­ajukan tambahan anggaran khusus untuk pengadaan Helikopter Serang Apache beserta persenjataannya dan pesawat Hercules C-130 eksRAAF, Australia sebesar Rp 6 triliun, yang berasal dari dana on top atau pinjaman dari luar negeri.

"Kalau pesawat Hercules itu sendiri dari Australia dalam bentuk hibah, sebanyak enam unit dari Australia. Tapi ini ma­sih akan dibahas secara men­dalam dalam rapat terpisah nantinya, jika penggunaan dana on top untuk keperluan hal ini dapat dipenuhi," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq, menceritakan hasil raker Komi­si I dengan Menhan dan Pan­glima TNI membahas Perubah­an APBN 2013 dan RAPBN 2014 yang dilakukan secara tertutup, Senin (10/6).

Kata Mahfudz, memang sebe­lumnya secara informal pihak TNI AD berencana membeli pe­sawat serbu Apache, tetapi ter­ganjal soal sumber pendanaannya. Karena pihak Kemenkeu meminta alokasi anggaran pem­belian Apache itu diambil dari pos anggaran TNI AD sendiri.

"Pihak TNI AD keberatan ka­lau untuk belanja Apache itu menggunakan anggaran regu­ler TNI AD, sendiri, karena jelas akan sangat membebani ang­garan untuk pembiayaan ru­tin. Karena mereka usulkan di 2014, pengadaan Apache sum­bernya dari dana on top.

Juga pengadaan Hercules TNI AU, sama sumber pembiayaan­nya dari dana on top, yang jum­lahnya masih sangat besar, yai­tu masih tersisa sekitar Rp 30 triliun, dari alokasi dana on top 2010-2014 sekitar Rp 50 trili­un," tegasnya.

Sementara, proses hibah em­pat unit pesawat C130 Her­cules dari Australia tetap ber­lanjut. Kementerian Pertahan­an mengatakan pihak Austra­lia saat ini sedang mengerjakan perbaikan dan peremajaan pesawat angkut itu.

Kementerian menyebutkan salah satu pesawat Hercules se­lesai diperbaiki dan siap dikirim ke Tanah Air. "Setidaknya satu unit pesawat akan datang dalam waktu dekat," kata Kepala Badan Sarana Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis.

Rachmad melanjutkan, per­baikan empat unit pesawat bua­tan Lockheed Martin merogoh kantong Indonesia sebesar US$ 63 juta atau sekitar Rp 620 mil­iar. Tiga sisa pesawat Hercules akan dikirim pemerintah Aus­tralia paling lambat awal tahun depan.

Berbagai pihak masih bim­bang menanggapi tawaran hibah empat unit pesawat Hercules dari Australia. Sebab, Indone­sia lebih banyak rugi ketimbang untung menerima hibah pe­sawat angkut dari Negeri Kan­guru itu. Salah satunya biaya perawatan yang terlalu mahal.

Anggaran yang harus digelon-torkan Indonesia untuk biaya perbaikan empat unit Hercules Australia mencapai US$ 150 atau sekitar Rp 1,48 triliun. Angka itu hampir separuh dari biaya pembelian empat unit pe­sawat Hercules baru. Kerugian lain, spesifikasi Hercules Australia tersebut berbeda dengan Hercules milik Indone­sia. Hingga kini, TNI AU memi­liki C 130 Hercules tipe J dan L, sementara milik Australia ber­tipe M dan Q. Dengan demiki­an, suku cadang harus dibeli baru. (zis), Sumber Koran: Harian Pelita (12 Juni 2013/Rabu, Hal. 17)