Senin, 15 Juli 2013

120 Tahanan Tanjung Gusta Masih Buron

JAKARTA - Markas Besar Polri mengimbau narapidana yang kabur dari Lembaha Pemasya­rakatan (Lapas) Tanjung Gusta, Medan, segera menyerahkan diri. Kepala Divisi Humas Ma­bes Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie menjamin tidak adanya tindakan apa pun dari kepolisi­an, kecuali tindakan kemanu­siaan bila para napi itu menye­rahkan diri dengan sukarela un­tuk kembali ke lapas.

Ronny mengungkapkan, hingga kemarin sore, ada 120 narapidana masih berada diluar lapas. Data yang tercatat di La­pas Tanjung Gusta, narapidana yang melarikan diri ada 218 orang dari jumlah total 2.599 orang. Kini kepolisian telah berhasil menangkap kembali 78 narapidana, sedangkan 20 napi menyerahkan diri.

Rinciannya, jumlah narapi­dana yang ditangkap di wilayah hukum Polresta Medan ada 29 orang, Polres Pelabuhan Belawan 41 orang, Polres Langkat 5 orang, Polres Siantar 1 orang, dan Polres Aceh Timur 2 orang. Napi yang menyerahkan diri ke Lapas Klas IIA Anak di Kota Me­dan ada 10 orang, ke Lapas Klas I Medan 4 orang, dan rutan Klas I Medan 6 orang.

"Diimbau agar mereka yang belum kembali untuk me­nyerahkan diri ke kantor polisi atau rumah tahanan atau lapas terdekat untuk diserahkan ke Lapas Tanjung Gusta Medan," kata Ronny di Jakarta kemarin. Polisi juga menjamin akomoda­si dan transportasi dari kantor polisi atau lapas tempat narapi­dana menyerahkan diri ke Lapas Tanjung Gusta.

Kepala Biro Penerangan Ma­syarakat Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, dari 120 tahanan itu 4 orang di antaranya narapidana teroris­me. Mereka adalah Agus Sunyoto alias Sayafudin alias Gaplek, Nibras alias Arab alias Wawan, Abdul Gani Siregar alias Gani, dan Fadli Sadama. Nama ter­akhir, menurut keterangan Ke­pala Badan Nasional Penanggu­langan Terorisme (BNPT) Irjen Pol Purn Ansyad Mbai, diang­gap narapidana terorisme paling berbahaya.

Boy mengatakan, saat ini se­luruh jajaran Polda Sumatera Utara masih tetap melakukan pencarian ke seluruh wilayah Sumut dengan cara menggelar razia dan menurunkan tim pen­cari. Tim ini bergabung dengan petugas lapas dan aparat TNI.

Boy menyatakan polisi akan terus bekerja, tidak hanya men­cari para narapidana terorisme yang lolos, namun juga berupa­ya menciptakan rasa aman un­tuk masyarakat. Lebih lanjut Boy mengungkapkan, kepolisi­an mengharapkan dukungan masyarakat untuk melaporkan jika mengetahui ada narapida­na yang hingga kini masih lolos dari pengejaran.

Jika ada yang sengaja menyembunyikan napi, kepolisian juga tidak segan-segan bertin­dak. Polisi menduga ada narapi­dana yang sudah keluar dari Su­matera Utara. "Karena itu kami membentuk tim pemburu dan pengejar napi yang bekerja lin­tas wilayah," ujar Boy.

Sementara itu,Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) Denny Indrayana menyatakan tidak akan mun­dur dari jabatannya. Alasan­nya, perjuangan melawan mafia tidak boleh menyerah dan tetap maju. "Untuk perjuangan mela­wan korupsi, narkoba, teroris­me, dan para mafia lain, pilihan­nya hanya satu, yaitu terus ma­ju, pantang menyerah. Karena menyerah berarti kalah," tan­das Denny di Jakarta kemarin.

Dia mengatakan, apa yang dilakukannya selama menjadi wakil menteri merupakan ben­tuk perjuangan dalam melawan mafia korupsi, terorisme, dan narkoba yang saat ini masih ma­rak. Melawan para mafia itu, menurut Denny, memang ba­nyak menimbulkan perlawan­an dari orang-orang yang terli­bat dalam lingkaran kejahatan tersebut. "Padahal dalam per­juangan melawan para mafia itu kita harus menang, kalah bukan pilihan," paparnya.

Meski demikian, Denny menyatakan  siap  menghadapi konsekuensi apapun dalam upaya memerangi mafia itu. (krisiandi & sacawisastra/alif ahmad)