Selasa, 23 Juli 2013

Pertahanan Negara_Modernisasi Alutsista untuk Jaga NKRI


JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mene­gaskan bahwa Indonesia mem­butuhkan kehadiran tentara yang kuat dan modern untuk bisa menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. Untuk bisa membentuk ten­tara yang kuat, diperlukan alat utama sistem senjata (alutsista) yang modern.

"Kedaulatan adalah harga mati. NKRI tidak bisa kita kom­promikan. Maka, Indonesia perlu tentara kuat dan modern," kata Presiden Yudhoyono pada acara peresmian Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta. Senin (22/7).

Presiden Yudhoyono menuturkan selama lima tahun ini, Indonesia terus memodernisasi alutsista agar tentara menjadi lebih kuat dan modern dalam menjalankan tugas. Hal itu bisa dilakukan karena perekonomian yang baik sehingga Indonesia bisa mengalokasikan anggaran lebih untuk belanja alutsista.

Kepala Negara memberi­kan contoh mengenai korelasi antara perang dan politik. Ke­putusan untuk perang adalah keputusan politik, sementara berperang adalah misi dari angkatan bersenjata. "Apa pun pertimbangan politik yang me­latarbelakangi dan mendorong terjadinya peperangan, prajurit tak boleh disalahkan. Para prajurit yang bertugas tidak terlibat dalam kejahatan perang yang diatur dalam dunia internasio­nal dan nasional," kata dia.

Hormati Pahlawan
Dalam kesempatan tersebut. Kepala Negara meminta se­mua pihak bisa menghormati serta mengingat jasa-jasa para pahlawan yang ikut membantu dalam kemerdekaan Indone­sia. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para pahlawan, pejuang, dan pen­dahulunya. Sedangkan bangsa yang cerdas adalah bangsa yang bisa memetik pelajaran dari apa yang dialami di masa lalu untuk jadi pelajaran di masa depan," ujar Kepala Negara.

Presiden Yudhoyono lalu mengaitkan pembangunan mo­numen tersebut dengan apa yang dilakukan Indonesia seba­gai bangsa yang cerdas karena mengambil pelajaran dari masa lalunya. "Dibangunnya mo­numen ini adalah bagian dari upaya bersama agar bangsa kita bisa jadi bangsa yang besar dan cerdas," tutur Presiden.

Selain upaya menghargai jasa para pahlawan, lanjut Pres­iden, pembangunan monumen merupakan cara agar generasi muda Indonesia dapat benar-benar mengerti sejarah bang­sanya dan perjuangan memper­tahankan negaranya. "Kita bisa bikin buku, film dokumentasi, atau apa pun yang mengarah ke tujuan itu," lanjut Presiden.

Presiden Yudhoyono ber­harap dibangunnya monumen perjuangan yang berada di Mabes TNI, mulai dari Monu­men Seroja, Trikora, Dwikora, hingga Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI, bisa djadikan pelajaran dan pendi­dikan bagi para prajurit dan rak­yat yang mengunjunginya nanti.

"Kita harap rakyat dapat di­undang berkunjung ke tempat ini. Jajaran TNI dan Polri bisa ajak para siswa di jajajaran ma­sing-masing untuk berkunjung, dan itu menjadi bagian dari studi mereka," harap Presiden.

Monumen tersebut dibangun di atas tanah seluas 6.000 meter persegi dengan luas bangunan 4.680 meter persegi dengan ter­diri dua bagian yaitu foot step Monumen Sudirman dan din­ding relief. (fdl/nsf/P-3), Sumber: Koran Jakarta (23 Juli 2013/Selasa, Hal 03)