Rabu, 24 Juli 2013

Pulang dari Cebongan dengan Rasa Penyesalan

Sabtu (23/3)-malam, Serda Ucok Tigor Simbolon bersama anggota Kopassus lain bergegas mening­galkan markas. Mereka bergegas menuju ke lembaga pemasyarakatan (lapas), tepatnya Cebongan di Sleman.

Kedatangan Ucok ke Cebongan disertai emosi. Sebab, dia baru saja mengetahui rekannya, Serka Heru Santoso, dianiaya hingga tewas oleh empat orang yang diduga ditahan di Lapas Cebongan. Emosi Ucok semakin menjadi karena empat tahanan itu pula yang diduga ikut menganiaya rekannya yang lain, Sertu Sriyono.

"Saya sangat sedih sekali karena saya dekat dengan Heru Santoso yang merupakan atasan saya langsung. Lalu, tidak lama sahabat saya, Sertu Sriyono, dibacok. Saya terpukul dan saya sangat emosi saat itu," kata Ucok dalam persidangan di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Selasa (23/7).

Berangkat dari dorongan emosi itu, tekad Ucok pun bulat. Tekadnya adalah mencari para pelaku yang mengeksekusi Sriyono dan Heru.

Akhirnya, Ucok dan 11 anggota Ko­passus lain sampai di depan Lapas Cebongan. Menurut keterangan Ucok di sidang, mereka sejatinya belum mengetahui pasti apakah pelaku pe­nganiaya Heru dan Sriyono berada di sel Cebongan.

Dan, untuk mengetahui apakah pelaku ada di Cebongan, Ucok hanya mengandalkan map merah di tangan­nya. Dengan map merah itu pula ang­gota korps baret merah itu berhasil menjebol penjagaan di Lapas Ce­bongan.
Caranya, map merah itu dijadikan alibi oleh Ucok cs. "Di lapas, kita ber­pura-pura jadi anggota polisi," ujarnya. Dengan menyamar sebagai polisi, Ucok pun mengetok pintu utama La­pas Cebongan. Assalamualaikum," ujar Ucok menirukan ucapannya saat mengetuk pintu Lapas Cebongan.

Salah satu petugas keamanan Lapas Cebongan pun menyahut. Petugas itu menanyakan maksud ke­datangan Ucok. "Saya sampaikan, kami dari kepolisian mau minta sidik jari pelaku pembunuhan anggota TNI," kata Ucok. Untuk memintai sidik jari, Ucok menggunakan map merah itu. Petugas sipir lantas menolak dan memintanya untuk kembali keesokan harinya. Dari penolakan itulah Ucok mengetahui bahwa pelaku yang mereka cari ada di Cebongan.

Para anggota Kopassus yang me­ngaku polisi ini kemudian menerobos masuk ke Cebongan. Setelah bebe­rapa saat mencari sel pelaku, akhirnya mereka menemukan empat orang yang dituju itu.

Dan, dor..... letusan tembakan menggelegardi Cebongan. Ucok me­ngaku, dialah yang meletuskan tembakan kepada pelaku penganiaya Heru. Letusan timah panas Ucok itu membuat anggota Kopassus lain, terkejut bukan kepalang. "Saya kaget Ucok menembak. Karena, saya tidak pernah berpikir Ucok bawa amunisi,", kata Koptu Kodik yang juga menyampaikan keterangannya di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta'.

Baru setelah melontarkan timah panas, emosi Ucok berlalu. Emosi Ucok, itu pun berganti menjadi penyesalan. "Setelah menembak, saya menyesal. Karena, itu tidak saya inginkan. Saya menyesal mengapa harus terjadi seperti itu. Ada rasa ketakutan yang sangat besar. Namun, bagaimanapun juga saya harus pulang," kata Ucok dalam persidangan.

Ucok pun akhirnya pulang dengan penyesalannya dari Cebongan. Kini, Ucok bersama 11 anggota baret me­rah lain siap bertanggung jawab atas perbuatannya itu. (c71 ed: Abdullah sammy), Sumber Koran: Republika (24 Juli 2013/Rabu, Hal. 02)