Kamis, 01 Agustus 2013

Moeldoko Disebut Ikut Intimidasi Ahmadiyah



JAKARTA - Meski didukung sebagian besar fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat, langkah Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Moeldoko menjadi Panglima TNI terusik. Anggota Komisi Pertahanan DPR, Tubagus Hasanuddin, menuding Moeldoko terlibat operasi penyisiran warga Ahmadiyah di Jawa Barat.

"Saat dia menjadi Panglirna Daerah Militer, Siliwangi, Kodam terlibat dalam Operasi Gelar Sajadah, yang menyisir orang Ahmadiyah di Jawa Barat," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini saat dihubungi kemarin. Hasanuddin menilai keterlibatan itu bisa mengganjal pencalonan Moeldoko sebagai pengganti Laksamana Agus Suhartono, yang akan pensiun pada 25 Agustus mendatang.

Juru bicara Ahmadiyah, Firdaus Mubarik, mengata­kan terjadi intimidasi ter­hadap  warga Ahmadiyah di hampir seluruh Jawa bagian barat setelah tragedi Cikeusik, Banten, Februari 2011. Penyerangan itu mene­waskan tiga anggota jemaah Ahmadiyah. Tapi pelaku penyerangan hanya divonis 3-6 bulan penjara. "Sebelum Cikeusik, intimidasi biasanya dilakukan oleh polisi dan pejabat pemerintah daerah. Tapi, setelah itu, personel TNI ikut mengintimidasi."

Intimidasi oleh personel TNI, kata Firdaus, dilakukan dengan mendatangi rumah jemaah dan meminta mereka meninggalkan Ahmadiyah. Intimidasi itu hilang setelah sejumlah lembaga pegiat hak asasi, seperti Human Rights Working Group serta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, menemui Moeldoko. Menurut Firdaus, Moeldoko langsung menarik semua personel TNI di wilayah Ahmadiyah.

Jenderal Moeldoko mem­bantah adanya Operasi Sajadah. Lulusan terbaik Akademi Militer tahun 1981 itu mengatakan operasi mili­ter memerlukan biaya, tar­get, dan waktu pelaksanaan. "Anggarannya saja tidak ada," katanya. Moeldoko jus­tru mengaku berupaya mencegah kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah. "Saya tidak setuju ada pembakaran masjid. Itu tidak benar."

Menurut Moeldoko, salah satu akar konflik yang meli­batkan jemaah Ahmadiyah adalah komunikasi. "Orang Ahmadiyah bersikap tertu­tup, sehingga akhirnya yang non-Ahmadiyah curiga," katanya. Moeldoko meng­aku meminta kelompok penentang berdialog dengan jemaah Ahmadiyah. Pun dia mengaku mengerahkan personel untuk mencegah konflik. "Sejak saya menjadi Pangdam, tak ada penyerangan terhadap Ahmadiyah."

Direktur Program Imparsial, Al Arafat, mem­benarkan ada dugaan bahwa Moeldoko punya keterkaitan dengan intimidasi terhadap jemaah Ahmadiyah. Tapi hasil penelusuran Imparsial menunjukkan belum ada bukti yang menunjukkan keterkaitan Moeldoko. "Ada fakta yang menunjukkan operasi itu bukan operasi militer yang intimidatif."

Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso meyakini Moeldoko tetap mendapat dukungan dari Dewan. (WAYAN AGUS|SUNDARI | PRAM0N0 | AKBAR | DIAN KURNIATI), Sumber: Koran Tempo (01 Agustus 2013/Kamis, Hal 07)