Jumat, 16 Agustus 2013

Panser Anoa Mulai Menjejak Pasar Ekspor




INDUSTRI militer dalam negeri, tidak kalah dengan industri sejenis negara lain. Panser pri­madona Indonesia itu ialah Anoa buatan PT Pindad di Bandung. Kendaraan tempur yang masuk kategori APC (Armoured Personnel Carrier) atau kendaraan pengangkut bersenjata itu meniru produk serupa buatan Perancis. Mesin dan transmisinya menggunakan produk Renault dari Perancis.

Nama "Anoa" diambil dari ker­bau asli Indonesia, asal Sulawe­si. Sejarah Anoa dimulai ketika pada konflik bersenjata, di Aceh antara TNI dan GAM. Pada saat itu Panglima TNI Jenderal Endriarto Sutarto meminta Pindad membuat panser untuk mem­bantu tugas operasi militer di Aceh.

Purwarupa Anoa pertama kali diperlihatkan ke publik pada ulang tahun TNI ke-61, 5 Ok­tober 2006 di Mabes TNI Cilangkap. Anoa pertama kali di­tampilkan pada parade militer TNI, 5 Oktober 2008. Lalu ke publik pada Indo Defence and Aerosace 2008. APC yang di­produksi Pindad ini diberi nama APS-3. Pada 30 Agustus 2008, 10 APS-3 telah diproduksi un­tuk TNI Angkatan Darat un­tuk penugasan Anoa pada ta­hun 2009.

Selama TNI-AD di bawah ke­pemimpinan Jenderal TNI Moel­doko, total telah membeli 226 unit dari Pindad. Rinciannya tahun 2008, TNI memesan 154 unit, pada 2011 sebanyak 11 unit, dan tahun 2012 sebanyak 61 unit. Tahun 2013 ini PT. Pindad (Persero) mendapatkan pesanan 82 unit unit Anoa TNI.

Ukuran dan operasional pan­ser Anoa disesuaikan dengan doktrin dan taktik tempur TNI. Panser yang dilengkapi dengan mounting senjata 12,7 milimeter (mm) dan dapat berputar 360 derajat ini dapat mengangkut 10 personel dengan tiga kru, satu pengemudi, satu komandan dan satu gunner.

Sebagian besar panser-pan­ser ini sudah tersebar di se­jumlah komando kewilayahan seperti Kodam III Siliwangi, Ko­dam Jaya, Pasukan Pengaman Presiden (Paspamres), Batalyon 201, Batalyon 202, dan Bata­lyon 203. Ada juga yang ditem­patkan di Palembang, Makas­sar, Ambon, Timika, Sidoarjo, Bali, dan Yogyakarta.

Untuk memproduksi panser tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini membutuh­kan dana hingga Rp 800 miliar. Pindad telah menerima sunti­kan dana pinjaman dari Bank Mandiri, Bank BNI 46 dan Bank BRI sebagai bagian dari pembayaran untuk manufaktur Panser.

Pada awalnya, Pindad me­ngembangkan APS-1 sebuah rancangan 6x6 dengan sasis truk Perkasa buatan PT Texmaco. Meskipun tidak dipilih untuk diproduksi, pengalaman itu su­dah mampu membuat TNI per­caya agar Pindad bisa membuat generasi selanjutnya. Maka la­hirlah APS-2 dengan ongkos produksi sebesar Rp600 juta/ unit.

Tahun 2006, mulailah Pindad mengandeng BPPT mengembangan APS-3. Generasi ke-3 ini bisa bermanuver di darat, perairan dangkal dan danau. Pengembangan ini menghasil­kan varian 4x4, dan selanjutnya disempurnakan untuk diaplika­sikan kemampuan amfibinya untuk varian 6x6. Uji coba per­tama tahun 2007. Tahun 2009, 10 panser pertama APS-3 Anoa diserahterimahkan kepada Kementerian Pertahanan.

Penerimaan pasar yang baik, dan dukungan pemerintah, PT-Pindad melanjutkan pengem­bangan kendaraan-kendara­an tempur yang berbasis Anoa seperti varian logistik, recovery, ambulans maupun varian kombatan yang bukan lagi dikategorikan sebagai kendaraan angkut personel seperti Anoa IFV dan Anoa Kanon. Panser Anoa terdiri dari beberapa varian seperti va­rian 4x4, 6x6, 8x8, varian roda rantai, intai, Anoa kanon, Anoa IFV, dan varian ekspor.

Panser Anoa telah digunakan dalam serangkaian operasi TNI-AD, baik dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri, panser juga digunakan oleh Pa­sukan Pengaman Presiden (Paspampres). Di luar negeri Anoa digunakan sebagai kendaraan pengangkut dalam misi perda­maian Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL di Lebanon.

Dari sinilah, dunia interna­sional mulai melirik "kerbau" dalam negeri ini. Malaysia dan Singapura pun sudah meme­san. Malaysia berminat mem­beli sejumlah Anoa dari PT Pin­dad dan diberi nama Rimau yang berarti harimau dalam Ba­hasa Melayu.

Selain Malaysia, Irak dikabar­kan serius memboyong Pan­ser Anoa. Kabarnya, Irak ber­minat memborong 500 unit sekaligus. Sejauh ini, rencana ini masih dalam kajian. Mes­ki memang sudah ada pembi­caraan di tingkat pejabat nega­ra. Tak mau ketinggalan, Afgha­nistan juga dikabarkan meme­san ranpur ini. Hanya saja min­ta disesuaikan untuk iklim gu­run. (han/wikipedia/berbagai sumber), Sumber Koran: Pelita (16 Agustus 2013/Jumat, Hal. 17)