Senin, 26 Agustus 2013

Tahun 2018, Apache Perkuat Alutsista TNI AD



KEBUTUHAN Alutsista TNI Angkatan Darat begitu mendesak, termasuk Helikopter tempur guna memuluskan operasi militer TNI. Selama ini Alutsista TNI AD sudah usang atau berumur lebih dari 20 tahun sehingga diperlukan per­hatian serius oleh pemerintah dalam rangka modernisasi Alutsista, dan sekaligus pemba­ngunan kekuatan pertahanan.

Adapun kondisi Alutsista TNI sebagian besar telah berusia tua, yaitu antara 25 sampai de­ngan 40 tahun. Peralatan terse­but secara kualitas masih jauh di bawah standar dan sacara kuan­titas belum memenuhi kebutuhan Tabel Organisasi dan Pera­latan (TOP)/Daftar Susunan Per­sonil dan Perlengkapan (DSPP), meskipun secara terus menerus dipelihara dan diperbaiki agar siap dioperasikan.

Di antara kebutuhan yang mendesak itu adalah kebutuh­an untuk membeli helikopter serang. TNI AD akan membeli helikopter tempur Apache dari Amerika Serikat yang kini ma­sih dalam tahap negosiasi.

Menteri Pertahanan Pumomo Yusgiantoro mengatakan, ren­cana pembelian sejumlah he­likopter serbu buatan Amerika Serikat guna persiapan Skadron Apache, dalam rangka memba­ngun kekuatan pertahanan un­tuk menjaga kedaulatan Repub­lik Indonesia.

Diungkapkannya, beberapa negara di Asia seperti China dan Jepang sedang membangun kekuatan pertahanan di negara masing-masing. "Melihat kon­disi seperti itu, maka kita juga mempersiapkan diri kita, tapi bukan untuk perang melain­kan untuk menjaga kedaulatan RI," ujar mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu.

Sejain menjaga kedaulatan RI, kata Purnomo, rencana pem­belian helikopter Apache yang merupakan bagian dari pembanguan kekuatan pertahan­an itu juga untuk mengaman­kan sumber daya alam Indone­sia yang berada di perbatasan dengan negara lain.

Lebih lanjut, Purnomo me­ngatakan, Mabes TNI AD telah mengajukan tambahan ang­garan khusus senilai Rp6 trili­un untuk pembelian sejumlah helikopter serang Apache dari Amerika Serikat beserta persen­jataannya. Yang penting seka­rang ini Pemerintah Amerika Serikat sudah menyetujui pem­belian helikopter Apache. Sekarang sedang proses negosiasi harga," ungkap belum lama ini.

Sebab harga satu unit heli­kopter Apache sangat mahal yakni senilai US$40 juta atau sekitar Rp388 miliar? "Saat ini tim khusus dari Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI AD, sedang melobi pemerintah Amerika Serikat mengenai harga helikopter Apache," imbuhnya.

Kepala Staf Angkatan Da­rat (Kasad) Jenderal TNI Moel­doko memastikan pemerintah membeli delapan unit helikop­ter Apache. Pasalnya, Kementerian Pertahanan sudah memberi lampu hijau untuk membeli he­likopter serang canggih AH-64D ke pemerintah Amerika Serikat. "Pembayaran uang muka men­jadi awal kesepakatan pembeli­an helikopter," ujar dia. Kedela­pan helikopter akan diterima In­donesia secara bertahap mulai 2018 hingga 2021.

Adapun Komisi Pertahan­an DPR membenarkan menye­tujui pembelian Apache, meski awalnya menolak. "Setelah dipi­kir-pikir, memang dibutuhkan Apache untuk memperkuat ja­jaran Angkatan Darat," ujar Wakil Ketua Komisi Pertahan­an, Tubagus Hasanuddin.

Dibuat oleh Boeing, AH-64 Apache merupakan helikopter an­dalan Angkatan Darat AS untuk operasi tempur terbatas. Meng­gantikan helikopter AH-1 Cobra, Apache Longbow dari Amerika Serikat itu.

Selain itu, kata Moeldoko, DPR yang sebelumnya menolak pembelian Apache karena di­anggap kemahalan, kini sudah sepakat menyetujuinya. "DPR dan Kementerian Pertahanan sudah oke," kata dia.

Moeldoko tak mau menyebut harga pembelian delapan he­likopter itu dengan alasan tak tahu pasti harganya. "Lagipula itu teknis."

Diungkapkannya, pemerin­tah pada tahun ini sudah mu­lai membayarkan uang muka Apache mulai digunakan Angka­tan Darat AS pada April 1986.

Menurut data dari Boeing, com, Apache seri AH-64D Long­bow mulai dipakai Angkatan Darat AS pada Maret 1997. Se­lain AS, kini militer dari sejum­lah negara sudah mengguna­kannya, yaitu Mesir, Yunani, Israel, Jepang, Kuwait, Belan­da, Arab Saudi, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Inggris.

Dibanding dari seri pendahu­lunya, AH-64D Longbow ini memiliki sejumlah kelebihan dalam konektivitas digital, sen­sor, sistem persenjataan, peralatan pelatihan, dan sistem du­kungan pemeliharaan.

Helikopter yang dikenda­likan dua awak ini juga dileng­kapi teknologi presisi yang le­bih baik dari seri awal. Pengem­bangan mesin dan navigasinya membuat helikopter tempur ini bisa terbang lebih lama dan le­bih lincah bermanuver.

Apache AH-64D dalam be­berapa tahun terakhir meng­alami pengembangan varian. Menurut army-technology.com, varian Apache Block II mulai digunakan Angkatan Darat AS pada 2003. Varian ini dilengkapi sistem komunikasi digital yang lebih baik.

Selain itu, Angkatan Darat AS sejak Oktober 2010 memulai pengembangan varian baru, yai­tu Block III. Pada tahap ini AH-64 D mengalami pemutakhiran pada sensor televisi bercahaya rendah (LLTV), yang bisa memantau cahaya lampu jalan dan suar. Block III ini mulai dipasok sejak November 2011, demiki­an ungkap Flight International.

Pada masa perubahan APBN 2013 beberapa waktu lalu sem­pat beredar kabar tentang di­tundanya pembelian heli serang Apache, atau setidaknya per­nyataan Kementerian Pertahan­an yang menyatakan pembelian Apache akan ditinjau atau di­negosiasikan. Pernyataan terse­but, tidak sepenuhnya salah, namun kenyataannya, Kemenhan telah memiliki rencana yang jelas terkait pembelian helikop­ter serang AH 64 Apache.

Data yang didapatkan ARC tentang Program Rencana Kerja Pemerintah 2014, terlihat jelas rencana pembelian Apache se­cara sistematis. Anggaran pem­belian telah disiapkan tidak hanya untuk tahun 2014, me­lainkan hingga tahun 2017. Pada tahun 2014, dianggarkan sebanyak Rp 3 triliun atau 300 juta USD. Ditahun-tahun beri­kutnya juga dianggarkan sekitar Rp 3 triliun hingga tahun 2017. (han/dari berbagai sumber), Sumber Koran: Pelita (26 Agustus 2013/Senin, Hal. 17)