Rabu, 28 Agustus 2013

Warga Dobrak Istana Solo karena Sikap Kasar Pengamanan Keraton



Selasa, 27 Agustus 2013 | 08:33 WIB


SOLO, KOMPAS.COM - Tindakan warga Balurwati mendobrak Sasanaputra Keraton Solo, Jawa Tengah, Senin (26/8/2013) mengejutkan banyak pihak. Kepolisian dan TNI pun turun tangan mengamankan lokasi, untuk menjaga keamanan Kota Solo.

“Warga bisa terlibat dalam konflik keraton kali ini mempunyai alasannya, salah satunya tentang keberadaan kelompok beladiri pencaksilat yang dikerahkan oleh dewan adat," kata juru bicara kubu Sinuhun Pakubuwono ke-13, Bambang Ary, Senin (26/8/2013) malam, usai diminta keterangan di Polresta Solo.

Tindakan warga, lanjut Bambang, dipicu pula kabar bahwa Raja Solo disandera di dalam keratonnya sendiri. "Disandera oleh mereka (kubu dewan adat, red). Siapa yang memulai?" ujar dia.

Menurut Bambang, tindakan warga ini merupakan akumulasi kekecewaan warga terhadap dewan adat keraton, terutama terkait kebijakan mereka mengerahkan kelompok pengamanan swakarsa.

Sementara warga menyatakan tindaka mereka mendobrak pintu keraton, dipicu pula oleh sikap kasar para anggota bela diri dari kubu dewan adat terhadap warga.

“Sebetulnya kami prihatin dengan konflik di keraton, namun kami lebih prihatin lagi dengan perlakuan salah satu anggota pencaksilat yang mendorong warga di saat warga ingin datang ke keraton unuk acara halabihalal di keraton. Warga berharap di Baluwarti tidak ada lagi anggota pamswakarsa tersebut” papar Fery, salah satu warga, kepada Kompas.com.

Pendobrakan pintu salah satu ruang utama keraton dilakukan warga, tidak tanggung-tanggung menggunakan mobil hardtop. Warga geram mendengar kabar raja keraton Solo disandera oleh dewan adat. Usai mendobrak, warga pun masuk ke lokasi keraton untuk mencari anggota pamswakarsa yang diisukan menyandera sang raja.

Kapolresta Solo, Kombes (pol) Asdjima’in yang datang ke lokasi sempat meminta warga untuk membubarkan diri. Dia memastikan bahwa PB ke-13 dalam keadaan aman. “Kami minta keraton untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri dan warga jangan turut campur” kata dia.

Untuk mengendalikan situasi, ratusan aparat gabungan ditempatkan baik di dalam maupun di luar keraton Surakarta. Para anggota pengamanan swakarsa dari kubu dewan adat, juga diminta meninggalkan lokasi, dipindahkan menggunakan truk TNI.