Jumat, 03 Januari 2014

Alutsista Modern, Kesejahteraan Jangan Dilupakan

Setelah nyaris mati suri selama 15 tahun, modernisasi alutsista TNI memang sudah dianggap berjalan ke arah yang lebih positif. Hingga penghujung masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2014, Kekuatan Pokok Minimum (MEF) yang ditargetkan mencapai sedikitnya hingga 30%. Namun demikian, di lengah gemuruh bisingnya suara Sukhoi Su-30 MK2 dan gagahnya Tank MBT Leopard, kesejahteraan prajurit masih jauh dari harapan.

Walaupun renumerasi prajurit TNI ditargetkan akan naik dari 37% menjadi 57% mulai 2014, kenyataannya hingga kini di lapangan sebagian besar prajurit TNI masih terbentur masalah kesejahteraan. Sebut saja masalah kesehatan dan perumahan prajurit yang hingga kini baru terpenuhi sekitar 60% dari kebutuhan.

Rumah negara yang diperuntukkan bagi prajurit hingga kini memang masih jauh dari kata ideal. Data menyebutkan, saat ini rumah negara ideal yang dibutuhkan sekitar 427.866 unit. Sedangkan rumah yang tersedia baru sebanyak 192.823 unit dengan rincian yang dihuni anggota aktif sebanyak 158.705 unit, dihuni purnawirawan/warakawuri 27.460 unit, penghuni lainnya 6.658 unit. Sehingga, masih dibutuhkan rumah negara ideal sebanyak 241.929 unit.

Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko, menjelaskan, saat ini dari sisi kesejahteraan prajurit sudah cukup mewadahi. Tidak hanya peningkatan remunerasi, prajurit TNI juga difasilitasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

"Dari segi kesejahteraan, prajurit saya cukup mewadahi oleh peningkatan jaminan kesehatan dari se-belumnya kita sisihkan dua persen, sekarang pemerintah sisihkan tiga persen. Jadi prajurit cukup bisa menikmati BPJS," kata Panglima ketika dijumpai sesaat setelah melepas 175 pasukan misi perdamaian ke Kongo, Selasa (31/12).

Untuk memfasilitasi perumahan bagi prajurit, TNI berencana membangun sejumlah tower di beberapa titik yang dekat dengan markas masing-masing kesatuan. "Saya selaku panglima punya kewajiban tingkatkan kesejahteraan prajurit. Harapan saya, dengan berjalannya waktu, kesejahteraan prajurit bisa ditingkatkan, karena memang tugas kami untuk meningkatkan," janji Panglima.

Oleh sebab itu, periode 2010-2015 memang dianggap momentum untuk meningkatkan kemampuan TNI, baik itu dari sisi kemampuan persenjataan, profesionalitas, sumber daya manusia, kesejahteraan, dan lain sebagainya.

Ketua Komisi I Mahfuz Sidik juga mengingatkan mengenai pentingnya peningkatan kesejahteraan prajurit TNI. Peningkatan kesejahteraan yang harus ditingkatkan meliput sarana perumahan, kesehatan dan tunjangan operasional. "Memang masih perlu peningkatan. Semua sudah menjadi perhatian serius Komisi 1 DPR juga. Kami merencanakan dalam renstra lima tahun ke depan, persoalan ini sudah bisa diselesaikan," kata Mahfuz.

Kebutuhan Alutsista
Tidak dapat dipungkiri, kekuatan alutsista juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan menjaga kedaulatan Negara kesatuan Republik Indonesia.Terutama, dalam menjaga batas-batas kedaulatan yang memiliki persinggungan langsung dengan negara tetangga.

Seluruh kesatuan TNI, baik itu TNI AD, TNI AU maupun TNI AL berlomba-lomba melengkapi diri de¬ngan persenjataan baru nan canggih. Semua dilakukan guna mengejar keterting¬galan kebutuhan alutsista Indonesia dari negara-negara lain di Asia Tenggara, bahkan dunia.

Untuk TNI AD, misalnya. Kementerian Pertahanan sudah alokasikan anggaran untuk pembelian alutsista sebagai langkah modernisasi. Sebut saja pembelian 100 Tank Leopard dan 50 tank pendukung berjenis Marder. Ada pula Multi Lauch Rocket System (MLRS) Astros IIMK 6 asal Brasil senilai USD 405 juta dan meriam 155mm/Caesar dari Perancis. Kesemua Alutsista direncanakan tiba bertahap hingga 2014 mendatang. Belum lagi, Helikopter Apache asal Amerika yang saat ini masih dalam tahap pembicaraan.

Infrastruktur pun terus disiapkan TNI AD untuk kehadiran Alutsista yan akan datang secara bertahap tersebut. Seperi yang dilakukan di Batalyon Kaveleri (Yonkav) 1 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Di markas tersebut Telah disiapkan puluhan garasi untuk Tank Leopard dan pendukungnya.

Komandan Batalyon Kaveleri I (Danyon Kav I) Letkol Kav Eko Agus Nugroho, menuturkan, renca¬nanya sebanyak 48 tank baru hadir di Yonkav I, terdiri atas 36 Leopard dan 12 tank pendukung baik untuk keperluan ambulans, tank jembatan dan recovery. Pembangunan infrastruktur telah memperhitungkan berbagai kemungkinan termasuk bobot yang mencapai 60 ton.

Ketua Komisi I Mahfuz Sidik meyakini TNI AD akan tetap menjadi inti kekuatan pertahanan mengacu kepada kondisi geografis dan demografis Indonesia. Dalam sejarahnya, di tengah keterbatasan, TNI AD tetap berhasil merebut dan mempertahankan kedaulatan negara.

"Kemampuan individual dan tempur TNI AD tetap bagus, meski di tengah keterbatasan sarana-prasarana, alutsista dan kesejahteraan. Mulai tahun depan harus ada peningkatan yang berarti di tiga aspek tersebut. Dan dalam rencana strategis, penguatan matra darat akan lebih diprioritaskan," ucapnya.

Penguatan matra AD lantaran berkaitan erat dengan urgensi fungsi-tugas TNI AD dalam menjaga wilayah darat Indonesia, khususnya di perbatasan dan dalam fungsi perbantuan mengatasi gejala-gejala konflik horizontal yang masih kerap terjadi.

Tidak hanya di darat, di langit Indonesia pun alutsista TNI milik TNI AU sudah dilakukan sejumlah langkah modernisasi. Diantaranya pengadaan dan penambahan pesawat Sukhoi. Penambahan pesawat itu untuk melengkapi 10 pesawat Sukhoi Su-30 MK2 sebelumnya. Sehingga dengan penambahan ini, TNI AU akan memiliki 16 pesawat Sukhoi atau satu skuadron. Pesawat Sukhoi tersebut akan ditempatkan di sejumlah lokasi, termasuk di Lanud Hasanudin, Makasar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Beberapa rencana strategis pengadaan pesawat tempur lainnya, justru lebih cepat dari target. Seperti pembelian jet tempur F-16 dari Amerika Serikat, dari rencana awal hanya menambah 6 unit F-16 baru, namun realisasinya menjadi 24 pesawat, meskipun be¬kas pakai. Bahkan belakangan negeri Paman sam itu juga kembali menawarkan 10 pesawat tempur F-16 lagi.

Sehubungan upaya pemenuhan Alutsista terbaru dan canggih tersebut, melalui Kementerian Pertahanan, juga akan mengupgrade sekitar 24 unit pesawat F-16 dengan Engine Block 25 menjadi Engine block 52. Pemerintah pun sudah mengalokasikan anggaran untuk mendukung upgrade tersebut sekitar 600 juta dolar. Selain itu juga akan melibatkan beberapa pihak termasuk tenaga ahli dari kalangan akademisi, peneliti serta kalangan pelaku industri pertahanan dalam negeri.

Pada 2014, TNI AU juga akan diperkuat dengan sembilan unit pesawat angkut jenis ringan terbaru CN-295 hasil kerjasama antara Kemhan, PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military Spanyol. Kedua perusahaan ini telah sepakat dan berkomitmen untuk menjalin kerjasama dalam pengadaan dan produk bersama pesawat CN-295 ini dengan menandatangani Nota Strategis Pengukuhan Kolaborasi Produk bersama di Hanggar PT DI.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, menjelaskan, untuk mendukung pertahanan udara, saat ini terdapat sekitar 34 tenaga ahli Indonesia yang berasal dari personel TNI, ITB, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan sedang mengadakan tahap rancang bangun pesawat KFX/IFX di Korea. Rencananya, sekitar 210 tenaga ahli Indonesia akan dikirim dengan berbagai fase produk bersama pesawat tersebut.

Dalam berbagai kesempatan sebelumnya. Panglima TNI Jendral Moeldoko juga memastikan bahwa TNI, termasuk matra AD terus melakukan reformasi. Termasuk perihal punishment and reward dipastikan akan terus diterapkan untuk menjadikan prajurit TNI menjadi profesional. Jadi, selain melakukan langkah modernisasi alutsista, juga dibarengi dengan kemampuan sumber daya manusianya. [Y-7], Sumber Koran: Suara Pembaruan (02 Januari 2014/Kamis, Hal. 07)